Sunday, November 10, 2013

0

Aku Tak Mau Besok Itu Senin

Sekarang hari Minggu

Agak syahdu karena hujan turun di situ

Aku tengkurap di atas kasur 

Berselancar di dunia maya, jalan-jalan di linimasa

Sungguh ini adalah surga

Sempurna


Syalalalalalalalalala

Lalalalala

Pamparampam 


Duduk di atas lantai yang dingin 

Ngemil kacang, gorengan dan es krim

Leyeh leyeh di atas bantal

Pasang pasang status frontal

Sungguh hari yang sempurna


Syalalalalalala

Aku tak mau besok itu Senin

Tak mau aku Senin itu besok

Besok itu Senin, aku tak mau


Sebentar lagi sudah malam

Besok pagi harus berangkat

Tak terasa surga telah lewat

Harus Semangat


Tapi aku tetap, Aku Tak Mau Besok itu Senin....

Syal-la-la-laaaa



Sunday, November 3, 2013

0

Random Part.1

Langit punya sendi-sendi kaku yang rapuh. Ia sedang lelah tampaknya, karena keringatnya bercucuran kemudian diseka matahari. Birunya hanya bias, karena aku melihat kantung mata abu-abunya berarak.

Pasti nanti langit berkeringat lagi...

Tadi aku menatap langit, duduk di atas hitam yang berteman merah bergaris putih. Menyedot si manis berwarna biru sampai tinggal setetes, menyuap seporsi roti isi daging sampai kenyang sang perut. Kemudian sok pintar mencoba menyelesaikan teka-teki yang disusun sang empunya televisi cetak.

Aku ingin menjadi kantung mata langit yang berarak bebas. Bebas menjadi diriku sendiri tanpa ada caci.

Tapi, kata orang, jika ingin kuat...kamu harus makan caci banyak-banyak.

Aku ingin menjadi kantung mata langit yang bisa menggantung ringan di atas. Seperti tanpa beban.

Takdir menjadi manusia itu kadang menyeruput bahagia di atas duka atau merasa duka dikelilingi bahagia. Berputar seperti itu saja.
Takdir menjadi manusia itu kadang mencicipi cinta atau disayat cinta. Dicintai dan balas mencinta, dicinta tapi balas melukai, atau mencinta tapi dilukai.

Ah, langit. Aku bicara tentang cinta, padahal tak menahu apa-apa.

Kalau aku menyukai seseorang tanpa peduli bagaimana tampak luarnya, tapi aku menyukainya karena apa yang ada dalam dirinya. Itu masih belum disebut cinta, kan, langit?

Jatuh cinta itu menyenangkan, seandainya kamu hidup langit, kamu akan merasakan euforia jantung yang berdebar-debar itu. Bahkan saat jatuh cinta, senyummu akan berbeda.

Cinta itu definisinya bukan sekadar x = y. Lebih kompleks, langit. Bahkan para ahli tidak dapat menguraikan partikel-partikelnya satu demi satu. Makanya, saat ini aku tidak siap untuk jatuh cinta.

Karena sebelum jatuh cinta dengan tuan-entah-siapa-dimana, aku harus belajar untuk jatuh cinta pada diriku sendiri.

Aku ingin menjadi kantung mata langit yang dekat dengan bulan.

Aku bicara tentang mimpi. Aku ingin menggapai satu mimpi, tapi aku tidak bisa memulainya, langit.

Ingin mencoba berbagai macam jalanan setapak, kemudian jalanan menanjak, kemudian turunan licin. Aku terlalu malu dan terlalu ragu.

Banyak kepala berujar bahwa aku mampu. Tapi semangatku lagi bermain petak umpet dan menyuruhku menghitung sampai seribu. Dengan apa aku memaksanya keluar, langit?

Satu lagi, langit. Aku punya keluarga dalam tanda petik. Bilangnya akan ada, tapi sekarang tiada. Aku yang tembus pandang atau kami bukan lagi senyawa?
Karena terkadang aku mencari, aku merindu, aku memaki. Tapi sendiri.

November, 2013

 

Saturday, November 2, 2013

0

Setelah Delta

Delta itu tanah segitiga, letaknya di tengah sungai yang melaju menuju samudera
dan aku pernah terjebak di dalamnya

menjadi satu titik dan sudut bersama ia dan dia
tapi kami tak bercengkerama, tak pernah berseteru
damai saja kelihatannya


padahal aku dan dia menyimpan satu cerita

untukku, kami satu garis.

untuknya, dia satu sudut.sudut diantara aku dan ia

Ia? tak menahu apa-apa.


aku ingin keluar dari delta ini

daripada aku melukai, daripada aku juga tersakiti

ada yang memberiku peta, jalan setapak menuju savana

tapi tak nyaman rasanya

ada yang menuntunku melaju, menuju ke atas bersalaman dengan langit senja tak berbatas

tapi terlalu tinggi tampaknya



aku melihat tanah seberang, ada empat daratan bahagia disana

mau ikut!mau ikut!

tapi aku terlalu lekat disini



berharap di penghujung lelah, ada gempa pemisah

berharap pertemuan denganmu

adalah jalan menujuku menjadi lima daratan bahagia

Wednesday, September 4, 2013

4

Sahabat

Sahabat, seperti cupcakes, sama rasa dengan banyak warna

atau... seperti rainbow cake, lambang semua perbedaan yang menjadi satu kesatuan.

Sahabat, seperti tart, alunan krim disetiap sisinya melambangkan setiap cerita yang kamu kisahkan.

atau, seperti cheese cake? dimana taburan keju gurihnya adalah lambang setiap tawa yang melebur dalam canda

Sahabat, seperti red velvet cake, dimana warna merah melambangkan keberanian kita melakukan hal-hal gila bersama ditambah krim putih yang merupakan kepolosan kita akan dunia

atau...seperti tiramisu? lambang lembutnya genggaman tangan dan pelukanmu ketika aku takut dan ragu.

Sahabat, kamu tahu lava cake? lelehan coklat di dalamnya adalah lambang dari setiap rahasia yang aku simpan rapat-rapat.

Sahabat, seperti kue bolu buatan ibu, sederhana, tapi penuh dengan kasih sayang dan kehangatan.

tapi terkadang, sahabat seperti fruit cake, buah yang rasanya asam adalah lambang setiap pertengkaran.
Sedangkan roti manis dibawahnya adalah lambang manisnya saling memaafkan :)

terkadang juga, seperti chocolate cake, krim dari dark chocolate yang pahit adalah lambang pahitnya perpisahan. Ketika keadaan memutuskan kita untuk saling berjauhan.

Juga merupakan lambang pahitnya ketika sahabatmu berubah, tidak seperti yang dulu, malah jauh berbeda dari yang dulu.

Tapi sahabat, apapun yang terjadi, satu hal yang pasti: kamu lebih berharga dari segala perumpamaan. Kamu, adalah sahabatku. Titik.

Thursday, August 29, 2013

0

Flash Fiction: Kenangan

Diana mengangkut sebuah baki berisikan dua cangkir teh Earl Grey yang masih hangat, berikut juga tekonya. Senja itu, Diana kedatangan seorang tamu istimewa, Gladys, teman masa kecilnya yang hampir berpuluh-puluh tahun tidak bersua.

Atap rumah Diana yang datar menjadi tempat reuni yang cocok bagi mereka berdua, diterangi sinar mentari senja yang khas: oranye semburat merah. Sinar itu seperti menyalakan tombol nostalgia masa kecil mereka, dimana dulu saat senja seperti ini, mereka masih bermain petak umpet di belakang rumah.

"Di, ingatkah kamu? betapa kita bahagianya kita saat itu? Saling mencari satu sama lain, berpikir keras dimana teman-teman bersembunyi, dan selalu...si Gembul yang gembul itu yang pertama ditemukan," kata Gladys sambil tertawa kecil.

Diana tertawa, "Dan aku yang paling susah ditemukan," katanya. Diana menghirup tehnya, "Ingat tidak? ketika kita sama-sama menyusun karet gelang untuk main lompat tali? kemudian si Gembul datang untuk memamerkan tamiyanya yang terbaru, lalu kita asik main tamiya sampai kita baru sadar bahwa karet gelang kita sudah raib"

"Iya, anjingku yang mengambilnya, untung dia tidak tersedak karet," Gladys tersenyum, "Aku juga ingat ketika kamu terjerembab ketika bermain gala asin," 

"Ah itu memalukan," Diana meminum tehnya, "Banyak sekali permainan yang kita lakukan dulu: main engklek, dakon, bekel, bersepeda bersama keliling desa, main sepak bola, nonton kartun bareng di hari Minggu, hal-hal yang tidak bisa kita lakukan lagi saat ini," 

"Masa kecil memang menyenangkan, yang aku khawatirkan kenyataan bahwa anak-anak kita jarang yang bermain seperti itu," kata Gladys sedih.

"Well, mereka sepertinya sudah cukup bahagia dengan adanya handphone, Tablet, dan internet. Oh iya, jangan lupakan mall," kata Diana sarkastis.

"Tidak semua seperti itu, Di. Tapi ironis, ya? hal yang kita impi-impikan dulu sekarang mudah sekali diakses, bahkan oleh anak-anak,"

"Bahagia memang sederhana, dulu, sekarang pun masih. Tapi jaman sudah tidak sederhana lagi, Dis,"

Gladys menghirup tehnya dalam hening, menatap mentari senja yang mulai bersembunyi, deru angin sepoi-sepoi seakan mengantar suara tawa ceria anak-anak yang sedang bermain. Suara tawa yang selalu hidup dalam kenangan masa kecilnya, berharap bisa mendengarnya lagi suatu kali.
0

Red!

Losing him was blue like I’ve never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
But loving him was red
Loving him was red



Remembering him comes in flashbacks and echoes
Tell myself it’s time now, gotta let go
But moving on from him is impossible
When I still see it all in my head


I was already tell you that my favorite singer is Taylor Swift, and up there is her new song: Red.
Awalnya aku kira ini lagu orang kasmaran, karena endingnya "...but loving him was red" tapi kemudian aku sadar bahwa ada kata "was" disitu yang menandakan kelampauan. Dan setelah didengerin bener-bener, this song is about a heart broken girl yang susah move on. :') 

Well, aku sendiri nulis gini bukan berarti aku lagi patah hati....eh...ya bisa jadi, tapi selebihnya cuma sekedar sharing sharing aja kok. 
Aku sering melihat orang-orang yang lagi patah hati, kebanyakan karena cowok atau cewek yang dia sukai ternyata nggak suka sama dia. Classic, but hurt enough. 

Agak susah memang menghibur orang yang sedang patah hati, (by the way, ini bukan post tips mencegah dan mengobati patah hati ya....;) ) karena perkataan macam apapun yang terlontar untuk menghibur orang patah hati sepertinya useless. Kupingnya sih denger, tapi hatinya masih mewek. Aku sendiri pernah nangis kayak anak kecil, temenku ngehibur dengan segala cara pun tetep aku nangis. Cengeng? ya mau gimana... 

Yang baru aku sadari adalah yang bisa mengobati patah hati (meski jangka waktunya nggak cepet) adalah waktu. Waktu secara ajaib bisa mengubah hal menyedihkan itu jadi konyol banget. Dan yang ada ketika kalian mengingatnya kalimat yang muncul adalah, "Kok bisa ya gue kayak gitu?" dan secara nggak sadar waktu juga membuatmu memaafkan. Ya emang sih kadang ada yang ngerasa, "kok si itu nggak pernah ngontak gue? katanya udah maafin, katanya masih bisa temenan"

Well ladies and gentleman, nggak segampang itu, lebih susah dari soal fisika ibu saya *eh maaf nggak penting* memaafkan bukan berarti dia bisa menjadi kayak dulu lagi, butuh proses, makanya setelah patah hati, ada tahap yang disebut Move On. 
Tahap ini bisa dibilang cukup sulit, karena pasti gatel pengen kepo kepo kabar masa lalu lah, masih sayang banget lah, dan seribu satu alesan lain yang bikin kamu stuck.

(oke, ini juga bukan tips buat move on -_- cuma sharing)

Hmmm bicara soal move on, kalau kata orang, "cari aja yang baru!" tapi kalau kataku, "ini saatnya seneng-seneng sama temen" 
Selain waktu, temen atau sahabat adalah obat mujarab yang bikin kamu cepet lupa, eh nggak juga sih, mungkin lebih tepat patah hati dengan cara yang menyenangkan :) 
Temenku ada yang pernah sampe curhat ke beberapa orang, mungkin sampe mulutnya berbusa kali. Tapi rasanya setelah itu legaaa. Ada juga yang curhat sambil nangis, ada yang cuma diem sambil nangis, (banyak nangisnya ya... anyway, cowok pernah nangis nggak sih kalau broken heart?) :o 

Yeah friends, emang beruntung banget bisa punya temen. Emang sih nggak selamanya mereka bakal di deketmu, tapi mereka entah darimana, bisa tau kalau kamu membutuhkan mereka. :D kayak ada radarnya gitu.

Oke kembali ke topik.
Move on itu nggak selamanya berarti kamu harus punya gandengan baru biar bisa nyaingin  mantan yang punya gandengan duluan, kecuali kalau calonnya ada dan dekat. Itu bisa berarti peringatan buat kamu biar kamu belajar menikmati hidupmu. Kan ada tuh quote: "Kalau lagi kasmaran dunia terasa milik berdua" nah berarti ketika patah hati dunianya udah dibagi dua (kayak harta gono-gini aja pfft). Nikmati dunia yang kamu miliki sepenuhnya itu, dan bagi ke orang-orang banyak. 

Kadang sendirian itu enak, mungkin ada beberapa orang yang lebih menikmati rame-rame daripada sendirian kayak orang bego, it's okay. Tapi sisihkan waktu ketika kamu bener-bener sendiri dan menikmati apa yang sudah kamu lupakan atau acuhkan dulu. 
contoh nih, dulu aku pernah sebel setengah mampus sama adek aku sendiri, tapi ketika proses move on, justru adek aku yang bisa jadi temen. Dan sampe sekarang malah jadi sering jalan-jalan bareng :) singkatnya, coba kumpul lagi sama keluarga kamu sama temen kamu, karena cuma sayang mereka yang bakal long lasting. Kadang ketika punya pacar, kita suka lupa sama mereka. Karena menurut kita saat itu, pacar adalah harta berharga yang harus dijaga sehingga menimbulkan sifat ketergantungan. Bahasa inggrisnya, posesif.

Nah itu sifat yang jeleeeeeek banget, berdasarkan kisah nyata sejuta umat, sifat itu menjadi faktor patah hati. Bukan salah kita juga kalau punya sifat itu, kan manusiawi. Cuman timingnya yang harus tepat. Aku sendiri belajar karena itu sifat dasarku, (I'm Leo!) bahwa nggak semua orang nyaman di-posesif-in. Maybe sesekali wajarlah. Tapi kalau seriiiiing? kaburlah. Hehehe, makanya ada quote: "Cinta itu kayak kupu-kupu, ketika kamu kejar dia lari, ketika kamu diam dia akan mendekat" 

The last but not least because I save the best for the last :)  momen ketika kita patah hati adalah momen peringatan bahwa selama ini kita jauh dari-Nya. Menurut kitab Amsal (kalau nggak salah) "Tuhan dekat pada mereka yang patah hatinya dan remuk jiwanya" tapi bukan berarti pas patah hati doang inget Tuhan ._. intinya jangan sampai lupakan Dia. oke oke?

Dan untuk yang keadaannya masih seperti lagu di awal post, tenang aja, Jodoh nggak bakal kemana. Klasik lagi, tapi ini bener. Jadi selagi menunggu jodohmu yang nggak bakal kemana itu, just make a fun for your life, do the f***kin' things you wanna do!

See ya!
0

Feeling 19 at The Place Where We Never Growing Up

Call up all our friends, go hard this weekend
For no damn reason, I don't think we'll ever change.....





Our Destination... Gua Pindul 


and Sadranan Beach


When the sun's going down, we'll be raising our cups
Singing, here's to never growing up!




cause that night was the night when we forgot about the deadline...and heart breaks :)




We were Happy. Free. Confused. and Lonely in the best way :D



I don't know about you, but I'm feel 19 beside you all :)


You're the best, my 19